Rabu, 14 Oktober 2009

NASIHAT SUFISTIK


KEPADA JABIR BIN AL-JU’FI
Jabir bin Al-Ju’fi adalah salah seorang arif atau pesuluk jalan Allah SWT yang hidup pada awal abad kedua Hijriah. Beliau berguru kepada Imam Muhammad Al-Baqir, putra Imam Ali Zainal Abidin yang dikenal dengan julukan Al-Sajjad, si banyak sujud.
Beliau sering berkunjung kerumah Imam Al-Baqir dengan menghirup Ilmu-ilmu ma’rifat darinya. Suatu hari Imam memberi bimbingan yang istimewa untuknya.
Berikut uraian lengkapnya:


“Wahai Jabir, aku berwasiat untukmu lima perkara: apabila dizalimi jangan kau balas menzalimi, apabila dikhianati jangan kau balas mengkhianati, apabila dibohongi jangan kau balas marah, apabila kau dipuji jangan kau merasa gembira, apabila dikeji jangan kau merasa berduka. Pikirkan apa yang dikatakan orang tentang dirimu. Apabila benar yang dikatakan mereka tentang dirimu, maka kejatuhanmu dari pandanga Allah lantaran marah pada kebenaran adalah lebih besar musibahnya bagimu ketimbang kekhawatiranmu akan jatuh dari pandangan manusia. Apabila diri tidak seperti yang dikatakan orang, maka itu berarti kau telah mendapatkan pahala tanpa harus berusaha.
Wahai Jabir, ketahuilah bahwa kau masih belum biasa menjadi sebagai pengikut kami sehingga kau telah sampai pada suatu tahap yang apabila penduduk sekitarmu mengatakan bahwa kau adalah orang yang malang, maka kata-kata mereka tidak mendukungmu sedikitpun. Atau apabila mereka berkata bahwa engkau adalah seorang yang saleh, maka kata-kata mereka tidak menambah kebahagiaan sedikitpun.
Wahai Jabir, cerminkan dirimu pada kitab Allah Swt. Apabila kau berjalan di atas relnya, bersikap zuhud seperti yang dianjurkannya, bersemangatlah seperti yang diserukanya, takut (pada Allah) seperti yang difirmankan-Nya, maka bergembiralah karena apa yang dikatakan mereka tentang dirimu tidak akan merugikanmu sedikitpun. Namun, apabila kau memang tidak sejalan dengan cita Al-Qur’an, lalu apa yang akan kau banggakan darimu.
Wahai Jabir, sungguh orang mukmin adalah orang yang sangat concern terhadap mujahadah (usaha-usaha sungguh) darinya agar dia bisa mengalahkan hawa nafsunya. Ada saatnya dia berhasil meluruskan bengkoknya dan mematahkan kehendak nafsunya semata-mata karena cinta kepada Allah. Pada saat yang lain kadang-kadang dirinya dikalahkan sehingga dia mengikuti hawa nafsunya, lalu Allah menyadarkannya, dan menyelamatkannya, sehingga ia sadar kembali, menangisi dosanya, dan memohon taubat. Maka bertambahlah ma’rifat dan pemahamannya lantaran bertambahnya rasa takutnya pada Allah. Firman Allah SWT :”Sesungguhnya orang –orang yang bertaqwa apabila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya”.(97 : 201)
Wahai Jabir, anggaplah banyak dan sedikitnya rezeki dari Allah pada, kau bias mensyukurinya secara murni, anggaplah sedikit amal kebajikan dan kepatuhanmu yang sering kau lakukan untuk Allah agar kau bias mencelah dirimu dan memohon maaf dari Allah. Tolaklah dirimu dari kejahatan dengan mengguna ilmu yang kau miliki, manfaatkan ilmumu dengan amal yang ikhlas, berhati-hatilah ketika bersikap ikhlas dari besarnya kemungkinan lalai, dan dapatkan kesiap siagaan yang terus-menerus dengan memiliki rasa takut yang benar.
Wahai Jabir, berhati-hatilah dari kamu false keindahan (dunia) dengan (menyaksikan) kehidupan nyata, hindari dari dominasi hawa nafsu dengan bantuan tuntunan akal, mintalah bimbingan ilmu ketika nafsu mengalahkanmu, siapkan amal-amal ikhlasmu untuk hari kemudian, dapatkan sikap “berkecukupan” dengan menghindari sikap serakah, tolak sfat tamak dan serakah dengan menabutkan sikap bersahaja, dapatkan manisnya sifat zuhud dengan cara memperpendek angan-angan dan cabutlah akar-akar keserakahan dengan kesejukan sikap putus asa dari orang.
Wahai Jabir, hendaklah kau tutup jalur sifat ujub (kagum pada diri sendiri) dengan cara mengetahui dan merenungi siapa dirimu. Dapatkan kedamaian jiwa dengan sikap berserah diri pada Allah. Dapatkan kesehatan dengan cara memiliki hati yang besar, dan dapatkan sifat besar hati dengan cara mengurangi kesalahan..
Wahai Jabir, peroleh kelembutan hati dengan cara berzikir ditempat-tempat yang sunyi. Dapatkan cahaya hati dengan membiasakan diri dalam berduka (lantaran kesalahan yang dilakukan). Hindari diri dari iblis dengan cara bersikap benar-benar takut pada Allah. Jangan sekali-kali kau berharap secara palsu karena itu akan menjauhkanmu dari rasa takut yang benar. Hiasi dirimu dengan sifat jujur dalam beramal semata-mata karena Allah dan tanamkan rasa cinta pada-Nya lantaran saat “berpindah” semakin dekat.
Wahai Jabir, jangan sekali-kali kau sandang sifat suka menunda-nunda amal karena ia bagaikan samudra yang telah menenggelamkan banyak korban. Dan jangan sekali-kali kau miliki sifat lalai (ghaflah) karena ia akan menimbulkankebekuan hati. Jangan sekali-kali kau perlambat urusan tanpa alasankarena kau akan tergolong diantara orang-orang yang menyesal.
Wahai Jabir, mohonlah ampunan dari dosa-dosa yang lalu dengan cara menyesali dan banyak istigfhar. Dapatkan rahmat dan maaf dari Allah dengan benar-benar kembali pada-Nya. Gunakan sarana do’a yang tulus dan merintih di kegelapan malam sebagai bukti kembalimu yang sungguh-sungguh. Tunjukkan upaya syukurmu yang agung dengan cara menganggap banyak sedikit rezeki dari-Nya dan menganggap sedikit ketaatanmu pada-Nya. Dapatkan kelebihan nikmat dengan cara bersyukur yang tulus, dapatkan syukur yang tulus dengan sikap khawatir akan hilangnya nikmat. Kejarlah kemuliaan yang langgeng dengan cara mematikan sifat serakah, tolak kehinaan serakah dengan cara menumbuhkan sikap tidak butuh dengan selain-Nya, dan dapatkan sifat ketidak butuhan dengan cara memiliki semangat tinggi.
Wahai Jabir, ambillah bekal dari duniamu dengan cara memendekan angan-angan, segera kejar cita-citamu ketika kesempatan terbuka, dan tiada kesempatan yang lebih baik ketimbang hari-hari liburanmu dengan kondisi tubuhmu yang sehat. Hati-hatilah mempercayai orang yang berkhianat karena sitiap keburukan ada racunnya sebagaimana halnya makanan.
Wahai Jabir, tiada ilmu yang lebih berguna melainkan yang menunjukkan ke jalan keselamatan. Tiada keselamatan yang lebih baik ketimbang keselamatan hati. Tiada akal budi yang lebih baik ketimbang yang mencegah nafsu. Tiada takut setakut penghalang. Tiada harapan sebesar harapan orang yang membantu. Tiada kefakiran seperti fakirnya hati. Tiada kekayaan yang lebih melimpah ketimbang kaya jiwa. Tiada kekuatan sehebat yang mengalahkan hawa nafsu. Tiada yakin yang lebih tinggi ketimbang sikap menganggap kecil dunia.
Tiada ma’rifat sedalam ma’rifatmu pada diri sendiri. Tiada nikmat yang melebihi nikmat kesehatan. Tiada kesehatan yang lebih dari kejayaan. Tiada kemuliaan yang lebih tingii ketimbang semangat dan pandangan yang jauh. Tiada zuhud sehebat memperkecil angan-angan pada dunia. Tiada keserakahan yang lebih buruk ketimbang bersaing dalam pangkat. Tiada keadilan seluas sikap sadar. Tiada perkosaan sehebat kezaliman. Tiada kezaliman ikut kehendak hawa nafsu. Tiada kepatuhan yang lebih dikehendaki ketimbang menunaikan kewajiaban….”

Demikianlah nasehat AL-sajjad kepada Jabir yang dalam maknanya semoga saja bisa membuat kita lebih tawaduk kepada Allah Swt.

<<<<>>>>